Senin, 01 Desember 2014

Makalah PEREKONOMIAN INDONESIA " ASEAN COMMUNITY "



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdirinya ASEAN dilatar belakangi oleh beberapa persamaan yang dimiliki oleh negara-negara Asia Tenggara. Persamaan-persamaan tersebut antara lain:
1.      Persamaan geografis.
2.      Persamaan budaya.
3.      Persamaan nasib, yaitu pernah dijajah oleh negara asing (kecuali Thailand)
4.      Persamaan kepentingan di berbagai bidang.
Dengan demikian ditandai dengan pertemuan lima menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina pada tanggal 5-8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand.
Adapun kelima tokoh menteri luar negeri tersebut adalah:
1.      Adam Malik, wakil dari Indonesia.
2.      Tun Abdul Razak, wakil dari Malaysia.
3.      Rajaratman, wakil dari Singapura.
4.      Thanat Khoman, wakil dari Thailand.
5.      Narsisco Ramos, wakil dari Filipina.
Pada tanggal 8 Agustus 1967, kelima menteri luar negeri tersebut menandatangani sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Deklarasi Bangkok. Sejak penandatangan Deklarasi Bangkok itulah organisasi ASEAN resmi berdiri dan mulai terbuka menerima anggota baru. Pada tanggal 7 Januari 1987 negara Brunei Darussalam menjadi negara pertama yang masuk menjadi anggota ASEAN diluar kelima negara pendiri hanya selang seminggu setelah peringatan kemerdekaan negara tersebut. Selanjutnya, Vietnam resmi menjadi anggota ketujuh pada tanggal 28 Juli 1995. Laos dan Myanmar menjadi negara anggota ASEAN yang kedelapan dan kesembilan pada tanggal 23 Juli 1997, disusul kemudian oleh Kamboja pada tanggal 16 Desember 1998, Timor Leste, yang merupakan negara lain di kawasan Asia Tenggara juga sudah berkali-kali mengutarakan niatnya untuk bergabung dengan ASEAN. Peluang masuknya Timor Leste sebagai anggota baru ASEAN juga terbuka lebar, dan Timor Leste diperkirakan baru akan masuk sebagai anggota ASEAN.

B. Rumusan Masalah
1.      Apakah Yang dimaksud Asean Comunnity serta apa  tujuan pembentukannya ?
2.      Apakah tujuan di bentuknya ASEAN Political-Security Community (Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN) ?
3.      Apakah tujuan di bentuknya ASEAN Economic Community (Komunitas Ekonomi ASEAN) ?
4.      Apakah tujuan di bentuknya ASEAN Socio-Culture Community (Komunitas Sosial Budaya ASEAN) ?
5.      Apasaja kah tantangan dan peluang terbentuknya asean community?

C. Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui maksud dan tujuan pembentukan Asean Community.
2.      Mengetahui Tujuan dibentuknya Asean Security Community.
3.      Mengetahui Tujuan dibentuknya Asean Economic Community.
4.      Mengetahui tujuan di bentuknya Asean Socio-Culture Community
5.      Mengetahui Tantangan dan peluang Asean Community.

D. Manfaat penulisan
Agar Dapat Memahami dan mengetahui Manfaat dari terbentuknya Asean community.

E. Metode penulisan
Menggunakan metode pustaka dimana metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.

BAB II
PEMBAHASAN

1. ASEAN COMMUNITY DAN TUJUAN TERBENTUKNYA
            ASEAN COMMUNITY merupakan organisasi bangsa-bangsa Asia Tenggara yang beranggotakan 10 negara yaitu : Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Sedangkan untuk Timor Leste masih dalam proses menjadi anggota. Para pemimpin negara-negara ASEAN telah sepakat dibentuknya kerjasama organisasi yang lebih solid dan maju. Nah pada tahun 2015 nanti ASEAN yang sekarang ini akan berintegrasi memasuki era baru yaitu era ASEAN Community 2015 yang lebih solid dan maju yang bercita-cita mensejahterakan rakyat dan menjaga stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara. ASEAN Community 2015 sendiri terbagi dalam tiga pilar utama.
            Latar belakang Asean Community adalah dorongan terhadap motivasi ekonomi. Ditambah dengan faktor eksternal yang ada yaitu negara China memiliki perkembangan ekonomi yang sangat cepat dan signifikan. Setelah melihat keadaan ekonomi China yang sangat pesat pertumbuhannya, hal ini membuat negara-negara di Asia Tenggara ingin bersatu dan membangun kerja sama regional untuk kemajuan seluruh anggota di negara asia tenggara yang tergabung. Kerja sama regional ini juga terinspirasi dari Uni Eropa yang notabenenya telah berhasil menjadi kekuatan besar bagi setiap negara yang tergabung didalamnya bersatu dengan satu sama lain, sehingga dapat menyeimbangi kekuatan negara adidaya Amerika Serikat.
            Adapun Tujuan Asean Community ialah Membangun kebersamaan yang dapat kita lihat dari Visi ASEAN Community Yang tidak lain untuk meng integrasi Negara-Negara di ASEAN dalam mendorong terciptanya kekompakan, kesamaan visi satu tujuan, kesejahteraan bersama, dan saling peduli diantara Negara-Negara di Kawasan Asia Tenggara. Menciptakan ekonomi Yang stabil, makmur,dan memiliki daya saing tinggi yang ditandai dengan arus lalu lintas barang, jasa-jasa dan investasi yang bebas, arus lalu lintas modal yang lebih bebas, pembangunan ekonomi yang merata serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi. Meningkatkan   perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tata tertib hukum di dalam hubungan antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip- prinsip piagam PBB.
            Dengan adanya dan terbentuknya Komunitas ASEAN 2015 ini diharapkan dapat menjawab semua tantangan dan permasalahan yang terjadi pada Negara-Negara yang tergabung dalam keanggotaan ASEAN ini. Dengan tiga pilar pentingnya yaitu ASEAN Political-Security Community , ASEAN Economic Community, dan ASEAN Socio-Cultural Community semoga bisa dapat membangun kebersamaan dalam ASEAN nantinya. Ditinjau dari ketiga pilar tersebut wajar halnya kalau kita sekalian bisa berharap banyak pada terbentuknya komunitas ASEAN 2015 ini, melihat dari segi fungsi dan aspek yang didukung, ketiga pilar ini sangat kompleks dan saling ber integrasi satu sama lainnya


2.Masyarakat Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community-ASC)
            ASEAN Security Community adalah suatu masyarakat yang secara khusus mengandalkan proses damai dalam menyelesaikan perselisihan yang mungkin terjadi di antara sesama anggota. Masyarakat Keamanan ASEAN berpegang pada prinsip-prinsip non-interfensi, pengambilan keputusan berdasarkan mufakat, ketahanan nasional dan regional, saling menghormati kedaulatan nasional, penghindaran penggunaan ancaman ataupun penggunaan ataupun kekuatan dan penyelesaian perbedaan maupun perselisihan secara damai. Sasaran kerjasama keamanan diarahkan pada upaya-upaya menangkal persengketaan diantara sesama Negara anggota maupun antara Negara anggota dengan Negara-negara non-ASEAN, mencegah ekskalasi persengketaan itu menjadi konflik.
Dalam membangun Masyarakat Keamanan ASEAN, terdapat fondasi-fondasi konseptual yang terdiri atas tiga tataran, yaitu :
            Tataran pertama, terdapat kondisi-kondisi yang mempercepat terbentuknya komunitas keamanan, yaitu terjadinya perubahan teknologi dan adanya ancaman dari luar, menyebabkan Negara-negara membentuk aliansi dan muncul hasrat untuk mengurang ketakutan bersama melalui koordinasi keamanan. Namun, berbeda denagn aliansi militer yang ditujukan untuk mengahdapi ancaman dari luar, komunitas keamanan lebih ditujukan untuk menghadapi ancaman dari dalam komunitas itu sendiri dan tidak bertujuan membangun aliansi militer untuk menghadapi ancaman dari luar. Selain itu, perubahan demografi, ekonomi, dan berkembangnya interpretasi baru mengenai realitas sosia menyebabkan Negara-negara melirik arah yang diambil oleh masing-masing Negara dan berupaya untuk mencaai keuntungan bersama. Pada tataran ini Negara-negara sudah mulai mengesampinakan ancaman militer dan lebih memfokuskan diri pada kerjasama non-militer, seperti pada bidang ekonomi, social dan budaya. Pada tataran pertama ini masih terbentuk rasa saling percaya.
            Pada tataran kedua factor-faktor kondusif untuk membangun rasa saling percaya dan identitas kolektif melalui interaksi lansung yang amat sering dalam berbagai pertemuan bersama, barulah terjadi pembelajaran social dan bangunan organisasi. Pada proses tersebut, dibutuhkan adanya kekuatan dan pengetahuan mengenai sesamanya. Kekuatan bukan dalam artian hard-power semata, melainkan lebih penting lagi yaitu soft-power. Paduan antara soft-power dan pengetahuan, mengenai sesame anggota komunitas, apa yang menjadi kepentingan bersama serta kepentingan diri masing-masing anggota komunitas, merupakan bagian dari proses pembelajaran social dan membangun fondasi organisasi.
            Pada tataran ketiga dibutuhkan sosialisasi pada tingkatan elit politik dan rakyat agar muncul rasa saling percaya yang pada gilirannya mencipatakan identitas kolektif, Masyarakat keamanan ASEAN ini dibentuk tidaklah dimaksudkan untuk “mengintegrasikan” politik luar negeri dan kebijakan pertahanan asing-masing Negara anggota. Politik luar negeri dan pertahanan dirumusakan dan dilaksanakan sendiri-sendiri kendatipun tetap dilakukan dalam konteks ASEAN. ASEAN secara keseluruhan berpegang pada prinsip-prinsip keamanan komprehensif, ketahanan nasional dan regional yang memiliki aspek-aspek politik, ekonomi, social dan budaya. Namun, disini ASEAN tidak akan membentuk diri sebagai suatu pakta pertahanan, persekutuan militer ataupun mengembangkan suatu politik luar negeri bersama. Negara-negara ASEAN juga berpegang pada hak-haknya untuk mempertahankan eksistensi yang bebas dari campur tangan pihak luar dalam urusan internal masing-masing.  Apakah ASEAN setelah 40 tahun sudah menjelma dari suatu asosiasi minimalis menjadi suatu komuitas keamanan? Para ASEANists berpendapat bahwa ASEAN sudah menjelma menjadi komunitas keamanan hal ini terbukti dengan tidak adanya lagi konflik terbuka antar Negara-negara anggota meskipun perselisihan dan perbedaan kepentingan masih sering terjadi. Namun di pihak lain, banyak para pengamat yang menyatakan bahwa ASEAN belum menjelma menjadi komunitas keamanan hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya sengketa wilayah, pertikaian dan konflik kepentingan antar-sesama anggota, belum adanya norma bersama yang dianut, lemahnya perasaan identitas bersama serta belum adanya mekanisme ASEAN yang handal dan teruji untuk menyelesaikan konflik

Indonesia dalam ASEAN Security Community
            Dalam ASC, Indonesia mengusulkan agar ASEAN memajukan demokrasi serta memerhatikan perlindungan HAM, antara lain dengan mendirikan mekanisme regional perlindungan HAM. Ide orisinil lainnya adalah pembentukan pasukan perdamaian regional sehingga ASEAN memiliki kemampuan untuk memainkan peran aktif dalam pemeliharaan perdamaian dan membangun perdamaian pasca konflik. Namun, dalam pertemuan di Bali usul-usul Indonesia tersebut ditentang oleh sebagaian Negara anggota lainnya yang menilai Indonesia telah melangkah terlalu jauh. Mengingat perbedaan system politik yang tajam di ASEAN, yang terbagi di antara Negara-negara demokratis, semi-demokratis, dan otoriter, dapat dipahami bahwa pengungkapan komitmen untuk memajukan demokrasi dan perlindungan HAM secara terbuka seperti yang diusulkan Indonesia sulit untuk diterima. Kemudian, ASC melakukan rencana aksi yang dikembangkan secara lebih detail dalam Vientine Action Program (VAP) yang disetujui pada November 2004. VAP mengenai ASC berhasil meyelipkan beberapa butir tentang demokrasi dan HAM yang telah diusulkan oleh Indonesia secara lebih terbuka.


3.Masyarakat Ekonomi ASEAN ( ASEAN Economic Community-AEC)
            Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan pilar kedua yang menjadi landasan dalam membangun komunitas ASEAN. Dimana yang menjadi tantangan dalam Komunitas Ekonomi ASEAN ini adalah Negara India dan Cina, dimana kedua Negara ini dikenal semakin memainkan peran strategis dalam perekonomian global, dan ini merupakan ancaman bagi Negara-negara ASEAN. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Masyarakat Ekonomi oleh organisasi ASEAN, berikut adalah butir-butir penting yang diambil dari deklarasi Bali Concord II mengenai konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN/ Komunitas Ekonomi ASEAN:
1.      komunitas Ekonomi ASEAN adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang digariskan dalam ASEAN vision 2015 untuk menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, sejahtera dan berdaya saing tinngi.
2.      landasan bagi Komunitas Ekonomi ASEAN adalah kepentingan bersama diantara Negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas usaha-usaha integrasi ekonomi melalui kerjasama yang sedang berjalan dan inisiatif baru dalam kerangka waktu yang jelas.
3.      Komunitas Ekonomi ASEAN perlu menjadikan ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi, dengan mengubah keanekaragaman yang menjadi karakter kawasan menjadi peluang bisnis yang saling melengkapi.
4.      Komuitas Ekonomi ASEAN perlu menjamin bahwa perluasan dan pendalaman integrasi ASEAN harus dibarengi dengan kerjasama teknk dan pembangunan dalam usaha mengatasi jurang pembangunan dan mempercepat integrasi ekonomi anggota baru ( Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam )
5.      untuk mencapai Komunitas Ekonomi yang terintegrasi secara penuh, ASEAN perlu menerapkan langkah-langkah liberalisasi dan kerjasama.

            Dalam membangun Komunitas Ekonomi ASEAN, hal yang tidak kalah penting yang harus dilakukan adalah dimana ASEAN yang selama ini banyak melibatkan actor Negara harus menggeser orientasinya sehingga actor non-negara terlibat dalam membangun komunitas. Khusus untuk integrasi di bidang ekonomi, aktor non Negara semestinya lebih diperankan oleh pelaku ekonomi. Komunitas Ekonomi ASEAN akan sulit untuk dicapai apabila pelaku ekonomi tidak mengenal ASEAN, tidak mengenal program-program ekonomi ASEAN yang dihasilkan dari negosiasi panjang dan yang penting juga adalah bila pelaku ekonomi tidak terlibat dalam perumusan arah dan langkah-langkah mencapai suatu komunitas.

Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN
            Daya saing Indonesia dalam bidang ekonomi terus menurun, dimana hal ini akan mempersulit Indonesia untuk bersama-sama Negara anggota ASEAN lainnya dalam membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN. Factor-faktor yang menyebabkan daya saing Indonesia terus menurun disamping investor yang tak kunjung datang disebabkan infrastuktur yang buruk, ketidakefisienan birokrasi, keterbatasan akses pendanaan, kebijakan tidak stabil/ inkonsistensi kebijakan, stabilitas ekonomi makro, pendidikan dasar dan kesehatan dan kesiapan ekonomi.
Beberapa yang menjadi catatan untuk mempersiapkan diri memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah :
a)      melakukan pemetaan untuk menginventarisasi seluruh barang dan jasa dalam negeri yang memiliki potensi berikut pasar yang dimiliki guna menetapkan positioning dan keunggulan dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya.
b)      Identifikasi seluuh kelemahan dan hambatan dari barang dan jasa yang memiliki potensi.
c)      Mengembangkan rantai nilai ( value chain ) barang dan jasa dalam negeri di antara Negara-negara ASEAN, yang dapat dikembangkan menjadi cluster ASEAN.

Untuk ketiga butir tersebut, tuntutan sinergitas antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan dunia usaha menjadi suatu keharusan untuk mengejar ketertinggalan dari Negara anggota ASEAN lainnya, sehingga Indonesia dapat bersama-sama dengan Negara anggota lainnya membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN.


4.Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community-ASCC)
            Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN merupakan pilar ketiga yang menjadi landasan Komunitas ASEAN 2015. Berdasarkan Bali Concord II, Masyarakat Sosial Budaya ASEAN (ASCC), memilki karakteristik sebagai berikut :
1.      ASCC, selaras dengan tujuan yang ingin dicapai dalam ASEAN vision 2020 mempertimbankan Asia Tenggara yang bersatu dalam sustu ikatan sebagai “a community of caring societies”.
2.      Sesuai dengan pogram aksi Deklarasi ASEAN Concord, sebuah komunitas akan mempercepat kerjasama dalam pembangunan social yang ditujukan guna meningkatkan standar kehidupan kelompok yang dirugikan dan penduduk pedesaan, dan akan mencari keterlibatan aktif semua sector masyarakat, khususnya kaum wanita, pemuda dan komunitas local.
3.      ASEAN harus menjamin bahwa tenaga kerjanya akan disiapkan untuk, dan memperoleh keuntungan dari integrasi ekonomi dengan menanamkan sumber daya lebih banyak untuk pendidikan dasar dan lanjut, latihan, pembangunan iptek, penciptaan kesempatan kerja serta perlindungan social.
4.      ASEAN akan lebih mengintensifkan kerjasama dalam bidang kesehatan umum, termasuk pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi seperti halnya HIV/AIDS dan SARS, dukungan atas aksi bersama regional guna meningkatkan akses terhadap obat-obatan yang terjangkau.
5.      komunitas akan memeliharabakat serta meningkatkan interaksi diantara, penulis, artis dan praktisi media ASEAN guna membantu perlindungan atas aneka peninggalan budaya ASEAN, serta mempererat identitas regional sekaligus menimbulkan kesadaran masyarakat ASEAN.
6.      komunitas akan mengitensifkan pada kerjasama terhadap permasalahan yang berkaitan dengan pertumbuhan populasi, pengangguran, penurunan lingkungan hidup serta populasi lintas perbatasn sebagaiman manajemen bencana disuatu wilayah yang memungkinkan masing-masing Negara anggota memyadari potensi pembangunannya serta meningkatkan semangat bersama ASEAN.

Pada KTT ASEAN di Vientiane tahun 2004 bersama dengan rencana aksinya, para pimpinan ASEAN sepakat bahwa Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN akan mencakup empat wilayah utama, yaitu :
a)      pembentukan “a community of caring societies”
b)      pengelolaan dampak social dari integrasi ekonomi
c)      peningkatan pelestarian lingkungan
d)     peningkatan identitas ASEAN


5. Tantangan Dan Peluang Terbentuknya Asean
            Tantangan yang mungkin dihadapi ASEAN dalam menyongsong ASEAN COMMUNITY  2015 merupakan pekerjaan berat yang harus ditanggulangi ASEAN, demi menjadi sebuah komunitas yang solid. Tantangan-tantangan itu antara lain:
1. Tantangan yang bersifat umum
a)      Untuk menjadi komunitas yang solid, ASEAN harus mampu: pertama berbagi identitas, nilai-nilai dan pengertian-pengertian, kedua menunjukkan adanya hubungan langsung yang terjadi di antara anggota komunitas, dan ketiga menunjukkan suatu resiprositas yang mengekspresikan derajat tertentu kepentingan jangka panjang dan mungkin bahkan altruisme (mementingkan orang lain. Hal ini menjadi tantangan yang luar biasa besar jika ASEAN benar-benar ingin menjadi komunitas yang solid dan kokoh terintegrasi. Ketiga hal tersebut merupakan cirri utama sebuah komunitas. Jika ASEAN ingin menjadi sebuah komunitas, maka mau tidak mau ketiga hal tersebut harus mampu ditunjukkan dan diwujudkan.
b)      Tantangan prinsip non-intervensi ASEAN. Dalam Piagam ASEAN pasal 2 ayat 2 poin e, yang berbunyi: “non interference in the internal affairs of ASEAN Member States” secara jelas tergambar suatu prinsip yang sangat mengikat, yaitu non-intervensi. Apa pun yang terjadi, ASEAN tidak dibenarkan untuk melakukan campur tangan dalam urusan dalam negeri negara-negara anggotanya. Ketika ASEAN ingin menuju sebuah komunitas, maka hal ini dianggap sebagai penghalang yang sangat besar. Prinsip non intervensi ini akan menghalangi terwujudnya satu komunitas yang solid, sebuah komunitas yang berbagi nilai-nilai dan menunjukkan satu resiprositas.
c)      Secara internal tantangan itu berupa vested interest dari beberapa anggota ASEAN. Vested interest merupakan hak yang sah dari seorang individu atau badan untuk mendapatkan akses ke harta berwujud atau tidak berwujud sekarang atau di masa depan. “The lawful right of an individual or entity to gain access to tangible or intangible property now or in the future”Vested interest  inilah yang menyebabkan beberapa negara anggota ASEAN sering bertikai. Indonesia dan Malaysia misalnya, Kamboja dan Thailand, atau Malaysia dan Thailand, semuanya merupakan gambaran bahwa vested interest  menyebabkan negara-negara ASEAN walaupun secara komunal punya kesadaran bersama untuk menciptakan suatu komunitas yang solid, namun selalu dipenuhi kepentingan-kepentingan masing-masing negara. Hal inilah yang menyebabkan masing-masing negara saling bertabrakan ketika berbicara soal batas wilayah, kepemilikan atas sumber daya tertentu, dan lain sebagainya. Persoalan ini tidak kita temui di Uni Eropa misalnya. Oleh sebab itu, hal ini menjadi tantangan yang luar biasa besar bagi ASEAN untuk meninggalkan vested interest ini, atau sekurang-kurangnya mencari pemecahan yang lebih bermartabat.
d)     Tantangan dari dalam tubuh elite ASEAN sendiri. Perubahan paradigma untuk menjadikan ASEAN lebih people to people  tentu akan mendapat tantangan tersendiri dari kaum elit. Kerjasama ekonomi dan politik ASEAN selama ini tentu membawa keuntungan bagi para pelaku ekonomi besar di negara-negara ASEAN. Ketika ASEAN mengubah orientasi untuk lebih people to people tentu akan banyak tantangan dari kaum elite sendiri: apakah people to people  akan tetap sejalan dengan peningkatan ekonomi?
e)      ASEAN bukanlah masyarakat yang seragam, melainkan diwarnai dengan keberagaman.Hal ini tentu menjadi tantangan yang luar biasa besar bagi ASEAN. Menciptakan suatu komunitas yang solid dengan berbagai nilai-nilai dan identitas dalam keberagaman yang luar biasa heterogen akan menjadi tantangan yang luar biasa berat bagi ASEAN.
2.Tantangan dalam bidang politik and keamanan
a)      Salah satu tantangan datang dari lingkungan luar ASEAN. Kehadiran ASEAN diharapkan mampu menjadi pemrakarsa dan penggalang keamanan dan ketertiban dunia. Maka, keterlibatan ASEAN dalam forum-forum keamanan Asia-Pasifik atau dalam ARF (ASEAN Regional Forum) diharapkan mampu menjadi tonggak kerjasama dan penciptaan keamanan dan ketertiban di regional ASEAN dan Pasifik. Penciptaan hubungan yang harmonis dalam ARF harus dilandaskan pada dialog dan negosiasi yang lebih berkualitas. “As examples of cooperative security, both institutions are promoting the notion of security cooperation ‘with others’ as opposed to ‘against others’Keamanan di regional ASEAN tentu akan berimbas pada lancarnya aktivitas ekonomi dan perdagangan di kawasan ini karena Asia Tenggara meruapakan salah satu pusat perdagangan dan jalur layar internasional.
b)      Menanggulangi konflik-konflik yang terjadi di antara negara-negara ASEAN, misalnya antara Kamboja-Thailand, Indonesia-Malaysia, dan beberapa negara lainnya. Konflik-konflik ini tentu menjadi batu sandungan terciptanya keamanan regional.
c)      Sengketa perebutan kepulauan Spratly dan Paracel harus diselesaikan secara baik. Keterlibatan China yang berebut dengan Vietnam dan Filipina harus dilihat ASEAN sebagai tantangan besar untuk menciptakan keamanan di wilayah Asia Tenggara, khususnya keamanan di jalur layar Laur China Selatan.
d)     Perlindungan bagi hak-hak asasi manusia, perempuan, dan anak (human security). Lemahnya standar perlindungan HAM yang dimiliki oleh AICHR (komisi perlindungan HAM ASEAN) merupakan catatan tersendiri bagi ASEAN untuk bisa meningkatkan kualitas
e)      Persoalan Demokrasi di beberapa negara, misalnya di Myanmar.

3.Tantangan dalam bidang ekonomi
a)      Mengusahakan sebuah lingkungan kawasan yang kondusif bagi perkembangan ekonomi dan iklim usaha
b)      Terciptanya kesetaraan ekonomi antara negara-negara, sehingga ketika ASEAN menjadi komunitas, setiap negara mampu bersaing secara baik dalam bidang ekonomi. Singapura sudah begitu maju dalam bidang ekonomi, tetapi bagaimana dengan Laos atau Kamboja?
c)      Integrasi ekonomi kawasan yang sejalan dengan pemerataan pertumbuhan ekonomi di setiap negara, misalnya dengan mewujudkan mata uang ASEAN.
d)     Terciptanya pasar ASEAN yang mampu mengimbangi kekuatan ekonomi China dalam ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA), sehingga mampu membawa keuntungan yang besar bagi negar-negara ASEAN.

4.Tantangan dalam bidang sosial-budaya
a)      Mampu menjadikan ASEAN sebagai tujuan wisata yang kompetitif, bukan hanya terbatas pada negara tertentu saja (Singapura, Malaysia, Thailand, atau Indonesia), tetapi melibatkan semua negara. Sehingga, konektivitas dan transportasi lintas negara ASEAN kiranya menjadi salah satu sarana paling mungkin untuk mewujudkan cita-cita ini.
b)      Mampu memunculkan satu identitas budaya yang mampu mewakili semua negara ASEAN, sehingga secara iconic mampu dikenal di seluruh dunia, bukan hanya terbatas pada Bali saja, Malaysia saja, atau Singapura.

PELUANG ASEAN
Jika ASEAN mampu mengahadapi semua tantangan itu, maka tantangan-tantangan itu akan berubah menjadi peluang yang sangat menguntungkan.
a)      ASEAN boleh jadi akan menyebabkan Asia Tenggara menjadi kawasan yang strategis secara ekonomi dan investasi
b)      ASEAN boleh jadi akan mengikuti jejak Uni Eropa yang terintegarasi secara sukses.
c)      ASEAN boleh jadi akan mengalami peningkatan ekonomi dan keamanan, yang akhirnya tentu akan menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan yang sukses, layaknya Uni eropa atau Amerika Utara.




BAB III
A. SIMPULAN
            Dalam membangun komunitas ASEAN, berlandaskan tiga pilar yaitu Masyarakat Keamanan ASEAN (ASC), Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) dan Masyarakat Soaial-Budaya ASEAN (ASSC). Tetapi apabila kita lihat ketiga pilar tersebut memiliki kekurangan yaitu : misalnya saja dalam pembangunan Masyarakat Keamanan ASEAN, yang ternyata tidak memperluas konsep ketahanan dan keamanan karena tidak memasukan ancaman atau tantangan non-konvensional dari segi ekonomi dan keuangan. Hal ini merupakan kekurangan yan sangat besar, karena pengertian ketahanan dan keamanan komprehensif hanya membatasi diri pada factor-faktor poitik dan keamanan tradisional saja.
            Dalam pengembangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terdapat satu masalah pokok yang dimana dalam pengembangannya bernemturan dengan kebijakan pengembangan Masyarakat Keamanan ASEAN, yaitu pembentukan pasar dan landasa produksi tunggal ASEAN. Masyarakat Kemanan ASEAN berpegang teguh pada “kedaulatan nasional, keadilan yang berdaulat, non-interferensi, integritas teritotial, identitas nasional, tanggung jawab bersama dan kerja sama yang damai untuk manfaat bersama di natara bangsa-bangsa di Asia Tenggara,” sedangkan Masyarakat Ekonomi ASEAN, sesuai logikanya, menafikan kedaulatan, integritas territorial dan non-interferensi dalam pengembangannya untuk membuat kegiatan-kegiatannya berskala global, melampaui pertimbangan nasional dengan cirinya yang hendak dipertahankannya secara politik.
            Dalam Masyarakat Sosia-Budaya ASEAN ternyata tidak sepenuhnya memperjuangkan suatu masyarakat yang berorientasi sepenuhnya pada manusia. Masyarakat Sosial-Budaya ini dirumuskan untuk mendukung pembangunan ekonomi ASEAN: penyediaan manusia yang terampil dengan mengembangkan pendidikan, pengembangan kesehatan masyaraka, perbaikan system pendidikan untuk “membangun angkatan kerja yang lebih kompetitif”. Dalam menyusun Masyarakat Sosial-Budaya, ASEAN lebih banyak terpaku pada bagaimana mengembalikan tingkat pertumbuhan ekonomi Negara-negara ASEAN ke tingkat sebelum krisis keuangan dan ekonomi tahun 1997. ASEAN lebih terobsesi pada unsur-unsur dan sasaran-sasaran Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga terkesan melupakan pembangunan A community of Caring Societies.
Melihat uraian mengenai tiga pilar yang menjadi landasan komunitas ASEAN, maka dapat kita lihat bahwa pada pilar Masyarakat Keamanan ASEAN menekankan pada keamanan ASEAN dan pembentukan norma-norama politik bagi Negara-negara anggota ASEAN. Pada pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN menekankan pada pembentukan pasar tunggal dimana setiap warga Negara anggota ASEAN mempunyai kesempatan untuk bekerja atau membuka usaha di wilayah ASEAN mana pun. Pada Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN terbentuknya hubungan tolong-menolong antar anggota ASEAN, terutama dalam hal lingkungan hidup, penanganan bencana, kesehatan, IPTEK, tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan.
            Komunitas ASEAN tersebut akan ditandai dengan semakin besarnya tiga hal. Pertama, interaksi bidang politik dan keamanan. Kedua, adanya pasar tunggal dan basis produksi dengan aliran bebas barang, jasa, modal dan orang. Dan ketiga, terwujudnya masyarakat yang lebih peduli dan berbagi, yang menitikberatkan pada pembangunan social, pendidikan dan pengembangan SDM, kesehatan masyarakat, kebidayan dan informasi, dan perlindungan.

B. SARAN
Dalam pemerintah Indonesia di sarankan agar pemerintah menggunakan strategi industrialisasi dalam hal export promotion. Dengan membuka seluas – luasnya ekspor Indonesia terhadap negara lain khususnya negara ASEAN. Dengan ditunjang kualitas barang ekspor yang tinggi maka Indonesia dapat unggal dari negara lain dalam bidang barang – barang ekspor. Semoga dengan adanya diskusi semacam ini bisa membuka mata kita tentang apa itu AEC 2015 dan kita semakin siap untuk menghadapi AEC 2015. Dan kelak akan dapat membantu Indonesia untuk menjadi negara yang unggul di ASEAN dan dunia. Optimis pasti bisa.


DAFTAR PUSTAKA

Handayani. “ Latar belakang Asean”. 07 November 2014. http://asagenerasiku.blogspot.com/2012/09/latar-belakang-berdirinya-asean.html 21:20
Handayani.”tantangan dan peluang Asean”. 07 November 2014. http://hogaboawae.blogspot.com/2012/01/asean-community-2015.html 21;12
Challenges for Member Countries & Businesses.2014.Achieving ASEAN Economic Community 2015.Singapore: Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS)