BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdirinya ASEAN
dilatar belakangi oleh beberapa persamaan yang dimiliki oleh negara-negara Asia
Tenggara. Persamaan-persamaan tersebut antara lain:
1.
Persamaan geografis.
2. Persamaan budaya.
3. Persamaan nasib, yaitu
pernah dijajah oleh negara asing (kecuali Thailand)
4. Persamaan kepentingan
di berbagai bidang.
Dengan demikian ditandai
dengan pertemuan lima menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara yaitu
Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina pada tanggal 5-8 Agustus
1967 di Bangkok, Thailand.
Adapun kelima tokoh menteri luar negeri tersebut
adalah:
1. Adam Malik, wakil dari
Indonesia.
2. Tun Abdul Razak, wakil
dari Malaysia.
3. Rajaratman, wakil dari
Singapura.
4. Thanat Khoman, wakil
dari Thailand.
5.
Narsisco Ramos, wakil dari Filipina.
Pada tanggal 8 Agustus
1967, kelima menteri luar negeri tersebut menandatangani sebuah kesepakatan
yang dikenal sebagai Deklarasi Bangkok. Sejak penandatangan Deklarasi Bangkok
itulah organisasi ASEAN resmi berdiri dan mulai terbuka menerima anggota baru. Pada tanggal 7 Januari 1987 negara Brunei
Darussalam menjadi negara pertama yang masuk menjadi anggota ASEAN diluar
kelima negara pendiri hanya selang seminggu setelah peringatan kemerdekaan
negara tersebut. Selanjutnya, Vietnam resmi menjadi anggota ketujuh pada
tanggal 28 Juli 1995. Laos dan Myanmar menjadi negara anggota ASEAN yang
kedelapan dan kesembilan pada tanggal 23 Juli 1997, disusul kemudian oleh
Kamboja pada tanggal 16 Desember 1998, Timor
Leste, yang merupakan negara lain di kawasan Asia Tenggara juga sudah
berkali-kali mengutarakan niatnya untuk bergabung dengan ASEAN. Peluang
masuknya Timor Leste sebagai anggota baru ASEAN juga terbuka lebar, dan Timor
Leste diperkirakan baru akan masuk sebagai anggota ASEAN.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah
Yang dimaksud Asean Comunnity serta apa
tujuan pembentukannya ?
2. Apakah tujuan di bentuknya ASEAN Political-Security Community (Komunitas
Politik dan Keamanan ASEAN) ?
3. Apakah tujuan
di bentuknya ASEAN Economic Community (Komunitas Ekonomi ASEAN) ?
4. Apakah tujuan
di bentuknya ASEAN Socio-Culture Community (Komunitas Sosial Budaya ASEAN) ?
5.
Apasaja kah tantangan dan peluang terbentuknya asean
community?
C. Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
maksud dan tujuan pembentukan Asean Community.
2. Mengetahui Tujuan dibentuknya Asean Security Community.
3. Mengetahui Tujuan dibentuknya Asean
Economic Community.
4. Mengetahui tujuan di bentuknya Asean
Socio-Culture Community
5.
Mengetahui
Tantangan dan peluang Asean Community.
D. Manfaat penulisan
Agar Dapat Memahami dan mengetahui
Manfaat dari terbentuknya Asean community.
E. Metode penulisan
Menggunakan metode pustaka dimana metode yang
dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang
berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
ASEAN COMMUNITY DAN TUJUAN TERBENTUKNYA
ASEAN
COMMUNITY merupakan organisasi bangsa-bangsa Asia
Tenggara yang beranggotakan 10 negara yaitu : Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos,
Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Sedangkan untuk
Timor Leste masih dalam proses menjadi anggota. Para pemimpin negara-negara
ASEAN telah sepakat dibentuknya kerjasama organisasi yang lebih solid dan maju.
Nah pada tahun 2015 nanti ASEAN yang sekarang ini akan berintegrasi memasuki
era baru yaitu era ASEAN Community 2015 yang lebih solid dan maju yang
bercita-cita mensejahterakan rakyat dan menjaga stabilitas keamanan di kawasan
Asia Tenggara. ASEAN Community 2015 sendiri terbagi dalam tiga pilar utama.
Latar
belakang Asean Community adalah dorongan terhadap motivasi ekonomi. Ditambah
dengan faktor eksternal yang ada yaitu negara China memiliki perkembangan
ekonomi yang sangat cepat dan signifikan. Setelah melihat keadaan ekonomi China
yang sangat pesat pertumbuhannya, hal ini membuat negara-negara di Asia
Tenggara ingin bersatu dan membangun kerja sama regional untuk kemajuan seluruh
anggota di negara asia tenggara yang tergabung. Kerja sama regional ini juga
terinspirasi dari Uni Eropa yang notabenenya telah berhasil menjadi kekuatan
besar bagi setiap negara yang tergabung didalamnya bersatu dengan satu sama
lain, sehingga dapat menyeimbangi kekuatan negara adidaya Amerika Serikat.
Adapun
Tujuan
Asean Community ialah Membangun kebersamaan yang dapat kita lihat dari Visi ASEAN Community Yang tidak lain
untuk meng integrasi Negara-Negara di ASEAN dalam mendorong terciptanya
kekompakan, kesamaan visi satu tujuan, kesejahteraan bersama, dan saling peduli
diantara Negara-Negara di Kawasan Asia Tenggara. Menciptakan ekonomi Yang
stabil, makmur,dan memiliki daya saing tinggi yang ditandai dengan arus lalu
lintas barang, jasa-jasa dan investasi yang bebas, arus lalu lintas modal yang
lebih bebas, pembangunan ekonomi yang merata serta mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan sosial ekonomi. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional
dengan jalan menghormati keadilan dan tata tertib hukum di dalam hubungan
antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip- prinsip piagam PBB.
Dengan
adanya dan terbentuknya Komunitas ASEAN 2015 ini diharapkan dapat menjawab
semua tantangan dan permasalahan yang terjadi pada Negara-Negara yang tergabung
dalam keanggotaan ASEAN ini. Dengan tiga pilar pentingnya yaitu ASEAN
Political-Security Community , ASEAN Economic Community, dan ASEAN
Socio-Cultural Community semoga bisa dapat membangun kebersamaan dalam ASEAN
nantinya. Ditinjau dari ketiga pilar tersebut wajar halnya kalau kita sekalian
bisa berharap banyak pada terbentuknya komunitas ASEAN 2015 ini, melihat dari
segi fungsi dan aspek yang didukung, ketiga pilar ini sangat kompleks dan
saling ber integrasi satu sama lainnya
2.Masyarakat Keamanan ASEAN (ASEAN Security
Community-ASC)
ASEAN
Security Community adalah suatu masyarakat yang secara khusus mengandalkan
proses damai dalam menyelesaikan perselisihan yang mungkin terjadi di antara
sesama anggota. Masyarakat Keamanan ASEAN berpegang pada prinsip-prinsip
non-interfensi, pengambilan keputusan berdasarkan mufakat, ketahanan nasional
dan regional, saling menghormati kedaulatan nasional, penghindaran penggunaan
ancaman ataupun penggunaan ataupun kekuatan dan penyelesaian perbedaan maupun
perselisihan secara damai. Sasaran kerjasama keamanan diarahkan pada
upaya-upaya menangkal persengketaan diantara sesama Negara anggota maupun
antara Negara anggota dengan Negara-negara non-ASEAN, mencegah ekskalasi
persengketaan itu menjadi konflik.
Dalam membangun Masyarakat Keamanan ASEAN, terdapat fondasi-fondasi konseptual yang terdiri atas tiga tataran, yaitu :
Dalam membangun Masyarakat Keamanan ASEAN, terdapat fondasi-fondasi konseptual yang terdiri atas tiga tataran, yaitu :
Tataran pertama,
terdapat kondisi-kondisi yang mempercepat terbentuknya komunitas keamanan,
yaitu terjadinya perubahan teknologi dan adanya ancaman dari luar, menyebabkan
Negara-negara membentuk aliansi dan muncul hasrat untuk mengurang ketakutan
bersama melalui koordinasi keamanan. Namun, berbeda denagn aliansi militer yang
ditujukan untuk mengahdapi ancaman dari luar, komunitas keamanan lebih
ditujukan untuk menghadapi ancaman dari dalam komunitas itu sendiri dan tidak
bertujuan membangun aliansi militer untuk menghadapi ancaman dari luar. Selain
itu, perubahan demografi, ekonomi, dan berkembangnya interpretasi baru mengenai
realitas sosia menyebabkan Negara-negara melirik arah yang diambil oleh
masing-masing Negara dan berupaya untuk mencaai keuntungan bersama. Pada
tataran ini Negara-negara sudah mulai mengesampinakan ancaman militer dan lebih
memfokuskan diri pada kerjasama non-militer, seperti pada bidang ekonomi,
social dan budaya. Pada tataran pertama ini masih terbentuk rasa saling
percaya.
Pada
tataran kedua factor-faktor
kondusif untuk membangun rasa saling percaya dan identitas kolektif melalui
interaksi lansung yang amat sering dalam berbagai pertemuan bersama, barulah
terjadi pembelajaran social dan bangunan organisasi. Pada proses tersebut,
dibutuhkan adanya kekuatan dan pengetahuan mengenai sesamanya. Kekuatan bukan
dalam artian hard-power semata, melainkan lebih penting lagi yaitu soft-power.
Paduan antara soft-power dan pengetahuan, mengenai sesame anggota komunitas,
apa yang menjadi kepentingan bersama serta kepentingan diri masing-masing
anggota komunitas, merupakan bagian dari proses pembelajaran social dan
membangun fondasi organisasi.
Pada tataran ketiga dibutuhkan sosialisasi pada tingkatan elit politik dan rakyat agar muncul rasa saling percaya yang pada gilirannya mencipatakan identitas kolektif, Masyarakat keamanan ASEAN ini dibentuk tidaklah dimaksudkan untuk “mengintegrasikan” politik luar negeri dan kebijakan pertahanan asing-masing Negara anggota. Politik luar negeri dan pertahanan dirumusakan dan dilaksanakan sendiri-sendiri kendatipun tetap dilakukan dalam konteks ASEAN. ASEAN secara keseluruhan berpegang pada prinsip-prinsip keamanan komprehensif, ketahanan nasional dan regional yang memiliki aspek-aspek politik, ekonomi, social dan budaya. Namun, disini ASEAN tidak akan membentuk diri sebagai suatu pakta pertahanan, persekutuan militer ataupun mengembangkan suatu politik luar negeri bersama. Negara-negara ASEAN juga berpegang pada hak-haknya untuk mempertahankan eksistensi yang bebas dari campur tangan pihak luar dalam urusan internal masing-masing. Apakah ASEAN setelah 40 tahun sudah menjelma dari suatu asosiasi minimalis menjadi suatu komuitas keamanan? Para ASEANists berpendapat bahwa ASEAN sudah menjelma menjadi komunitas keamanan hal ini terbukti dengan tidak adanya lagi konflik terbuka antar Negara-negara anggota meskipun perselisihan dan perbedaan kepentingan masih sering terjadi. Namun di pihak lain, banyak para pengamat yang menyatakan bahwa ASEAN belum menjelma menjadi komunitas keamanan hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya sengketa wilayah, pertikaian dan konflik kepentingan antar-sesama anggota, belum adanya norma bersama yang dianut, lemahnya perasaan identitas bersama serta belum adanya mekanisme ASEAN yang handal dan teruji untuk menyelesaikan konflik
Indonesia dalam ASEAN Security Community
Pada tataran ketiga dibutuhkan sosialisasi pada tingkatan elit politik dan rakyat agar muncul rasa saling percaya yang pada gilirannya mencipatakan identitas kolektif, Masyarakat keamanan ASEAN ini dibentuk tidaklah dimaksudkan untuk “mengintegrasikan” politik luar negeri dan kebijakan pertahanan asing-masing Negara anggota. Politik luar negeri dan pertahanan dirumusakan dan dilaksanakan sendiri-sendiri kendatipun tetap dilakukan dalam konteks ASEAN. ASEAN secara keseluruhan berpegang pada prinsip-prinsip keamanan komprehensif, ketahanan nasional dan regional yang memiliki aspek-aspek politik, ekonomi, social dan budaya. Namun, disini ASEAN tidak akan membentuk diri sebagai suatu pakta pertahanan, persekutuan militer ataupun mengembangkan suatu politik luar negeri bersama. Negara-negara ASEAN juga berpegang pada hak-haknya untuk mempertahankan eksistensi yang bebas dari campur tangan pihak luar dalam urusan internal masing-masing. Apakah ASEAN setelah 40 tahun sudah menjelma dari suatu asosiasi minimalis menjadi suatu komuitas keamanan? Para ASEANists berpendapat bahwa ASEAN sudah menjelma menjadi komunitas keamanan hal ini terbukti dengan tidak adanya lagi konflik terbuka antar Negara-negara anggota meskipun perselisihan dan perbedaan kepentingan masih sering terjadi. Namun di pihak lain, banyak para pengamat yang menyatakan bahwa ASEAN belum menjelma menjadi komunitas keamanan hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya sengketa wilayah, pertikaian dan konflik kepentingan antar-sesama anggota, belum adanya norma bersama yang dianut, lemahnya perasaan identitas bersama serta belum adanya mekanisme ASEAN yang handal dan teruji untuk menyelesaikan konflik
Indonesia dalam ASEAN Security Community
Dalam
ASC, Indonesia mengusulkan agar ASEAN memajukan demokrasi serta memerhatikan
perlindungan HAM, antara lain dengan mendirikan mekanisme regional perlindungan
HAM. Ide orisinil lainnya adalah pembentukan pasukan perdamaian regional
sehingga ASEAN memiliki kemampuan untuk memainkan peran aktif dalam
pemeliharaan perdamaian dan membangun perdamaian pasca konflik. Namun, dalam
pertemuan di Bali usul-usul Indonesia tersebut ditentang oleh sebagaian Negara
anggota lainnya yang menilai Indonesia telah melangkah terlalu jauh. Mengingat
perbedaan system politik yang tajam di ASEAN, yang terbagi di antara
Negara-negara demokratis, semi-demokratis, dan otoriter, dapat dipahami bahwa
pengungkapan komitmen untuk memajukan demokrasi dan perlindungan HAM secara
terbuka seperti yang diusulkan Indonesia sulit untuk diterima. Kemudian, ASC
melakukan rencana aksi yang dikembangkan secara lebih detail dalam Vientine
Action Program (VAP) yang disetujui pada November 2004. VAP mengenai ASC
berhasil meyelipkan beberapa butir tentang demokrasi dan HAM yang telah
diusulkan oleh Indonesia secara lebih terbuka.
3.Masyarakat Ekonomi
ASEAN ( ASEAN Economic Community-AEC)
Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan pilar kedua yang menjadi landasan dalam membangun komunitas ASEAN. Dimana yang menjadi tantangan dalam Komunitas Ekonomi ASEAN ini adalah Negara India dan Cina, dimana kedua Negara ini dikenal semakin memainkan peran strategis dalam perekonomian global, dan ini merupakan ancaman bagi Negara-negara ASEAN. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Masyarakat Ekonomi oleh organisasi ASEAN, berikut adalah butir-butir penting yang diambil dari deklarasi Bali Concord II mengenai konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN/ Komunitas Ekonomi ASEAN:
Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan pilar kedua yang menjadi landasan dalam membangun komunitas ASEAN. Dimana yang menjadi tantangan dalam Komunitas Ekonomi ASEAN ini adalah Negara India dan Cina, dimana kedua Negara ini dikenal semakin memainkan peran strategis dalam perekonomian global, dan ini merupakan ancaman bagi Negara-negara ASEAN. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Masyarakat Ekonomi oleh organisasi ASEAN, berikut adalah butir-butir penting yang diambil dari deklarasi Bali Concord II mengenai konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN/ Komunitas Ekonomi ASEAN:
1.
komunitas
Ekonomi ASEAN adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang digariskan
dalam ASEAN vision 2015 untuk menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil,
sejahtera dan berdaya saing tinngi.
2. landasan bagi Komunitas Ekonomi ASEAN
adalah kepentingan bersama diantara Negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan
memperluas usaha-usaha integrasi ekonomi melalui kerjasama yang sedang berjalan
dan inisiatif baru dalam kerangka waktu yang jelas.
3. Komunitas Ekonomi ASEAN perlu menjadikan
ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi, dengan mengubah
keanekaragaman yang menjadi karakter kawasan menjadi peluang bisnis yang saling
melengkapi.
4. Komuitas Ekonomi ASEAN perlu menjamin
bahwa perluasan
dan pendalaman integrasi ASEAN harus dibarengi dengan kerjasama teknk dan
pembangunan dalam usaha mengatasi jurang pembangunan dan mempercepat integrasi
ekonomi anggota baru ( Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam )
5. untuk mencapai Komunitas Ekonomi yang
terintegrasi secara penuh, ASEAN perlu menerapkan langkah-langkah liberalisasi
dan kerjasama.
Dalam membangun Komunitas Ekonomi
ASEAN, hal yang tidak kalah penting yang harus dilakukan adalah dimana ASEAN
yang selama ini banyak melibatkan actor Negara harus menggeser orientasinya
sehingga actor non-negara terlibat dalam membangun komunitas. Khusus untuk
integrasi di bidang ekonomi, aktor non Negara semestinya lebih diperankan oleh
pelaku ekonomi. Komunitas Ekonomi ASEAN akan sulit untuk dicapai apabila pelaku
ekonomi tidak mengenal ASEAN, tidak mengenal program-program ekonomi ASEAN yang
dihasilkan dari negosiasi panjang dan yang penting juga adalah bila pelaku
ekonomi tidak terlibat dalam perumusan arah dan langkah-langkah mencapai suatu
komunitas.
Indonesia
dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN
Daya saing Indonesia dalam bidang
ekonomi terus menurun, dimana hal ini akan mempersulit Indonesia untuk
bersama-sama Negara anggota ASEAN lainnya dalam membangun Masyarakat Ekonomi
ASEAN. Factor-faktor yang menyebabkan daya saing Indonesia terus menurun
disamping investor yang tak kunjung datang disebabkan infrastuktur yang buruk,
ketidakefisienan birokrasi, keterbatasan akses pendanaan, kebijakan tidak
stabil/ inkonsistensi kebijakan, stabilitas ekonomi makro, pendidikan dasar dan
kesehatan dan kesiapan ekonomi.
Beberapa yang menjadi catatan untuk mempersiapkan diri memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah :
Beberapa yang menjadi catatan untuk mempersiapkan diri memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah :
a) melakukan pemetaan untuk
menginventarisasi seluruh barang dan jasa dalam negeri yang memiliki potensi
berikut pasar yang dimiliki guna menetapkan positioning dan keunggulan
dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya.
b) Identifikasi seluuh kelemahan dan
hambatan dari barang dan jasa yang memiliki potensi.
c) Mengembangkan rantai nilai ( value chain
) barang dan jasa dalam negeri di antara Negara-negara ASEAN, yang dapat
dikembangkan menjadi cluster ASEAN.
Untuk
ketiga butir tersebut, tuntutan sinergitas antara pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan dunia usaha menjadi suatu keharusan untuk mengejar ketertinggalan
dari Negara anggota ASEAN lainnya, sehingga Indonesia dapat bersama-sama dengan
Negara anggota lainnya membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN.
4.Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN
Socio-Cultural Community-ASCC)
Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN
merupakan pilar ketiga yang menjadi landasan Komunitas ASEAN 2015. Berdasarkan
Bali Concord II, Masyarakat Sosial Budaya ASEAN (ASCC), memilki karakteristik
sebagai berikut :
1. ASCC, selaras dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam ASEAN vision 2020 mempertimbankan Asia Tenggara yang bersatu
dalam sustu ikatan sebagai “a community of caring societies”.
2. Sesuai dengan pogram aksi Deklarasi
ASEAN Concord, sebuah komunitas akan mempercepat kerjasama dalam pembangunan
social yang ditujukan guna meningkatkan standar kehidupan kelompok yang
dirugikan dan penduduk pedesaan, dan akan mencari keterlibatan aktif semua
sector masyarakat, khususnya kaum wanita, pemuda dan komunitas local.
3. ASEAN harus menjamin bahwa tenaga
kerjanya akan disiapkan untuk, dan memperoleh keuntungan dari integrasi ekonomi
dengan menanamkan sumber daya lebih banyak untuk pendidikan dasar dan lanjut,
latihan, pembangunan iptek, penciptaan kesempatan kerja serta perlindungan social.
4. ASEAN akan lebih mengintensifkan
kerjasama dalam bidang kesehatan umum, termasuk pencegahan dan pengendalian
penyakit infeksi seperti halnya HIV/AIDS dan SARS, dukungan atas aksi bersama
regional guna meningkatkan akses terhadap obat-obatan yang terjangkau.
5. komunitas akan memeliharabakat serta
meningkatkan interaksi diantara, penulis, artis dan praktisi media ASEAN guna
membantu perlindungan atas aneka peninggalan budaya ASEAN, serta mempererat
identitas regional sekaligus menimbulkan kesadaran masyarakat ASEAN.
6. komunitas akan mengitensifkan pada
kerjasama terhadap permasalahan yang berkaitan dengan pertumbuhan populasi,
pengangguran, penurunan lingkungan hidup serta populasi lintas perbatasn
sebagaiman manajemen bencana disuatu wilayah yang memungkinkan masing-masing
Negara anggota memyadari potensi pembangunannya serta meningkatkan semangat
bersama ASEAN.
Pada
KTT ASEAN di Vientiane tahun 2004 bersama dengan rencana aksinya, para pimpinan
ASEAN sepakat bahwa Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN akan mencakup empat wilayah
utama, yaitu :
a) pembentukan “a community of caring
societies”
b) pengelolaan dampak social dari integrasi
ekonomi
c) peningkatan pelestarian lingkungan
d)
peningkatan
identitas ASEAN
5. Tantangan Dan Peluang Terbentuknya Asean
Tantangan
yang mungkin dihadapi ASEAN dalam menyongsong ASEAN COMMUNITY 2015
merupakan pekerjaan berat yang harus ditanggulangi ASEAN, demi menjadi sebuah
komunitas yang solid. Tantangan-tantangan itu antara lain:
1. Tantangan yang bersifat umum
a) Untuk menjadi komunitas yang solid, ASEAN harus mampu:
pertama berbagi identitas, nilai-nilai dan pengertian-pengertian, kedua
menunjukkan adanya hubungan langsung yang terjadi di antara anggota komunitas,
dan ketiga menunjukkan suatu resiprositas yang mengekspresikan derajat
tertentu kepentingan jangka panjang dan mungkin bahkan altruisme (mementingkan
orang lain. Hal ini menjadi tantangan yang luar biasa besar jika ASEAN
benar-benar ingin menjadi komunitas yang solid dan kokoh terintegrasi. Ketiga
hal tersebut merupakan cirri utama sebuah komunitas. Jika ASEAN ingin menjadi
sebuah komunitas, maka mau tidak mau ketiga hal tersebut harus mampu
ditunjukkan dan diwujudkan.
b)
Tantangan
prinsip non-intervensi ASEAN. Dalam Piagam ASEAN pasal 2 ayat 2 poin e, yang
berbunyi: “non interference in the internal affairs of ASEAN Member States”
secara jelas tergambar suatu prinsip yang sangat mengikat, yaitu
non-intervensi. Apa pun yang terjadi, ASEAN tidak dibenarkan untuk melakukan
campur tangan dalam urusan dalam negeri negara-negara anggotanya. Ketika ASEAN
ingin menuju sebuah komunitas, maka hal ini dianggap sebagai penghalang yang
sangat besar. Prinsip non intervensi ini akan menghalangi terwujudnya satu
komunitas yang solid, sebuah komunitas yang berbagi nilai-nilai dan menunjukkan
satu resiprositas.
c)
Secara
internal tantangan itu berupa vested interest dari beberapa anggota
ASEAN. Vested interest merupakan hak yang sah dari seorang individu atau
badan untuk mendapatkan akses ke harta berwujud atau tidak berwujud sekarang
atau di masa depan. “The lawful right of an individual or
entity to gain access to tangible or intangible
property now or in the future”Vested interest inilah yang
menyebabkan beberapa negara anggota ASEAN sering bertikai. Indonesia dan
Malaysia misalnya, Kamboja dan Thailand, atau Malaysia dan Thailand, semuanya
merupakan gambaran bahwa vested interest menyebabkan negara-negara
ASEAN walaupun secara komunal punya kesadaran bersama untuk menciptakan suatu
komunitas yang solid, namun selalu dipenuhi kepentingan-kepentingan
masing-masing negara. Hal inilah yang menyebabkan masing-masing negara saling
bertabrakan ketika berbicara soal batas wilayah, kepemilikan atas sumber daya
tertentu, dan lain sebagainya. Persoalan ini tidak kita temui di Uni Eropa
misalnya. Oleh sebab itu, hal ini menjadi tantangan yang luar biasa besar bagi
ASEAN untuk meninggalkan vested interest ini, atau sekurang-kurangnya
mencari pemecahan yang lebih bermartabat.
d)
Tantangan
dari dalam tubuh elite ASEAN sendiri. Perubahan paradigma untuk
menjadikan ASEAN lebih people to people tentu akan mendapat
tantangan tersendiri dari kaum elit. Kerjasama ekonomi dan politik ASEAN selama
ini tentu membawa keuntungan bagi para pelaku ekonomi besar di negara-negara
ASEAN. Ketika ASEAN mengubah orientasi untuk lebih people to people tentu
akan banyak tantangan dari kaum elite sendiri: apakah people to people akan
tetap sejalan dengan peningkatan ekonomi?
e)
ASEAN
bukanlah masyarakat yang seragam, melainkan diwarnai dengan keberagaman.Hal ini tentu menjadi tantangan yang luar biasa
besar bagi ASEAN. Menciptakan suatu komunitas yang solid dengan berbagai nilai-nilai
dan identitas dalam keberagaman yang luar biasa heterogen akan menjadi
tantangan yang luar biasa berat bagi ASEAN.
2.Tantangan
dalam bidang politik and keamanan
a)
Salah satu
tantangan datang dari lingkungan luar ASEAN. Kehadiran ASEAN diharapkan mampu
menjadi pemrakarsa dan penggalang keamanan dan ketertiban dunia. Maka,
keterlibatan ASEAN dalam forum-forum keamanan Asia-Pasifik atau dalam ARF (ASEAN
Regional Forum) diharapkan mampu menjadi tonggak kerjasama dan penciptaan
keamanan dan ketertiban di regional ASEAN dan Pasifik. Penciptaan hubungan yang
harmonis dalam ARF harus dilandaskan pada dialog dan negosiasi yang lebih
berkualitas. “As examples of cooperative security, both institutions are
promoting the notion of security cooperation ‘with others’ as opposed to
‘against others’Keamanan di regional ASEAN tentu akan berimbas pada
lancarnya aktivitas ekonomi dan perdagangan di kawasan ini karena Asia Tenggara
meruapakan salah satu pusat perdagangan dan jalur layar internasional.
b)
Menanggulangi
konflik-konflik yang terjadi di antara negara-negara ASEAN, misalnya antara
Kamboja-Thailand, Indonesia-Malaysia, dan beberapa negara lainnya.
Konflik-konflik ini tentu menjadi batu sandungan terciptanya keamanan regional.
c)
Sengketa
perebutan kepulauan Spratly dan Paracel harus diselesaikan secara baik.
Keterlibatan China yang berebut dengan Vietnam dan Filipina harus dilihat ASEAN
sebagai tantangan besar untuk menciptakan keamanan di wilayah Asia Tenggara,
khususnya keamanan di jalur layar Laur China Selatan.
d)
Perlindungan
bagi hak-hak asasi manusia, perempuan, dan anak (human security).
Lemahnya standar perlindungan HAM yang dimiliki oleh AICHR (komisi perlindungan
HAM ASEAN) merupakan catatan tersendiri bagi ASEAN untuk bisa meningkatkan
kualitas
e)
Persoalan Demokrasi
di beberapa negara, misalnya di Myanmar.
3.Tantangan
dalam bidang ekonomi
a)
Mengusahakan
sebuah lingkungan kawasan yang kondusif bagi perkembangan ekonomi dan iklim
usaha
b)
Terciptanya
kesetaraan ekonomi antara negara-negara, sehingga ketika ASEAN menjadi
komunitas, setiap negara mampu bersaing secara baik dalam bidang ekonomi.
Singapura sudah begitu maju dalam bidang ekonomi, tetapi bagaimana dengan Laos
atau Kamboja?
c)
Integrasi
ekonomi kawasan yang sejalan dengan pemerataan pertumbuhan ekonomi di setiap
negara, misalnya dengan mewujudkan mata uang ASEAN.
d)
Terciptanya
pasar ASEAN yang mampu mengimbangi kekuatan ekonomi China dalam ASEAN-China
Free Trade Area (ACFTA), sehingga mampu membawa keuntungan yang besar bagi
negar-negara ASEAN.
4.Tantangan
dalam bidang sosial-budaya
a)
Mampu
menjadikan ASEAN sebagai tujuan wisata yang kompetitif, bukan hanya terbatas
pada negara tertentu saja (Singapura, Malaysia, Thailand, atau Indonesia),
tetapi melibatkan semua negara. Sehingga, konektivitas dan transportasi lintas
negara ASEAN kiranya menjadi salah satu sarana paling mungkin untuk mewujudkan
cita-cita ini.
b) Mampu memunculkan satu identitas budaya yang mampu
mewakili semua negara ASEAN, sehingga secara iconic mampu dikenal di
seluruh dunia, bukan hanya terbatas pada Bali saja, Malaysia saja, atau
Singapura.
PELUANG ASEAN
Jika ASEAN mampu mengahadapi semua tantangan itu, maka
tantangan-tantangan itu akan berubah menjadi peluang yang sangat menguntungkan.
a) ASEAN boleh jadi akan menyebabkan Asia Tenggara
menjadi kawasan yang strategis secara ekonomi dan investasi
b)
ASEAN boleh
jadi akan mengikuti jejak Uni Eropa yang terintegarasi secara sukses.
c) ASEAN boleh jadi akan mengalami peningkatan ekonomi
dan keamanan, yang akhirnya tentu akan menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai
kawasan yang sukses, layaknya Uni eropa atau Amerika Utara.
BAB III
A. SIMPULAN
Dalam
membangun komunitas ASEAN, berlandaskan tiga pilar yaitu Masyarakat Keamanan
ASEAN (ASC), Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) dan Masyarakat Soaial-Budaya ASEAN
(ASSC). Tetapi apabila kita lihat ketiga pilar tersebut memiliki kekurangan
yaitu : misalnya saja dalam pembangunan Masyarakat Keamanan ASEAN, yang
ternyata tidak memperluas konsep ketahanan dan keamanan karena tidak memasukan
ancaman atau tantangan non-konvensional dari segi ekonomi dan keuangan. Hal ini
merupakan kekurangan yan sangat besar, karena pengertian ketahanan dan keamanan
komprehensif hanya membatasi diri pada factor-faktor poitik dan keamanan
tradisional saja.
Dalam pengembangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terdapat satu masalah pokok yang dimana dalam pengembangannya bernemturan dengan kebijakan pengembangan Masyarakat Keamanan ASEAN, yaitu pembentukan pasar dan landasa produksi tunggal ASEAN. Masyarakat Kemanan ASEAN berpegang teguh pada “kedaulatan nasional, keadilan yang berdaulat, non-interferensi, integritas teritotial, identitas nasional, tanggung jawab bersama dan kerja sama yang damai untuk manfaat bersama di natara bangsa-bangsa di Asia Tenggara,” sedangkan Masyarakat Ekonomi ASEAN, sesuai logikanya, menafikan kedaulatan, integritas territorial dan non-interferensi dalam pengembangannya untuk membuat kegiatan-kegiatannya berskala global, melampaui pertimbangan nasional dengan cirinya yang hendak dipertahankannya secara politik.
Dalam Masyarakat Sosia-Budaya ASEAN ternyata tidak sepenuhnya memperjuangkan suatu masyarakat yang berorientasi sepenuhnya pada manusia. Masyarakat Sosial-Budaya ini dirumuskan untuk mendukung pembangunan ekonomi ASEAN: penyediaan manusia yang terampil dengan mengembangkan pendidikan, pengembangan kesehatan masyaraka, perbaikan system pendidikan untuk “membangun angkatan kerja yang lebih kompetitif”. Dalam menyusun Masyarakat Sosial-Budaya, ASEAN lebih banyak terpaku pada bagaimana mengembalikan tingkat pertumbuhan ekonomi Negara-negara ASEAN ke tingkat sebelum krisis keuangan dan ekonomi tahun 1997. ASEAN lebih terobsesi pada unsur-unsur dan sasaran-sasaran Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga terkesan melupakan pembangunan A community of Caring Societies.
Melihat uraian mengenai tiga pilar yang menjadi landasan komunitas ASEAN, maka dapat kita lihat bahwa pada pilar Masyarakat Keamanan ASEAN menekankan pada keamanan ASEAN dan pembentukan norma-norama politik bagi Negara-negara anggota ASEAN. Pada pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN menekankan pada pembentukan pasar tunggal dimana setiap warga Negara anggota ASEAN mempunyai kesempatan untuk bekerja atau membuka usaha di wilayah ASEAN mana pun. Pada Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN terbentuknya hubungan tolong-menolong antar anggota ASEAN, terutama dalam hal lingkungan hidup, penanganan bencana, kesehatan, IPTEK, tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan.
Dalam pengembangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terdapat satu masalah pokok yang dimana dalam pengembangannya bernemturan dengan kebijakan pengembangan Masyarakat Keamanan ASEAN, yaitu pembentukan pasar dan landasa produksi tunggal ASEAN. Masyarakat Kemanan ASEAN berpegang teguh pada “kedaulatan nasional, keadilan yang berdaulat, non-interferensi, integritas teritotial, identitas nasional, tanggung jawab bersama dan kerja sama yang damai untuk manfaat bersama di natara bangsa-bangsa di Asia Tenggara,” sedangkan Masyarakat Ekonomi ASEAN, sesuai logikanya, menafikan kedaulatan, integritas territorial dan non-interferensi dalam pengembangannya untuk membuat kegiatan-kegiatannya berskala global, melampaui pertimbangan nasional dengan cirinya yang hendak dipertahankannya secara politik.
Dalam Masyarakat Sosia-Budaya ASEAN ternyata tidak sepenuhnya memperjuangkan suatu masyarakat yang berorientasi sepenuhnya pada manusia. Masyarakat Sosial-Budaya ini dirumuskan untuk mendukung pembangunan ekonomi ASEAN: penyediaan manusia yang terampil dengan mengembangkan pendidikan, pengembangan kesehatan masyaraka, perbaikan system pendidikan untuk “membangun angkatan kerja yang lebih kompetitif”. Dalam menyusun Masyarakat Sosial-Budaya, ASEAN lebih banyak terpaku pada bagaimana mengembalikan tingkat pertumbuhan ekonomi Negara-negara ASEAN ke tingkat sebelum krisis keuangan dan ekonomi tahun 1997. ASEAN lebih terobsesi pada unsur-unsur dan sasaran-sasaran Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga terkesan melupakan pembangunan A community of Caring Societies.
Melihat uraian mengenai tiga pilar yang menjadi landasan komunitas ASEAN, maka dapat kita lihat bahwa pada pilar Masyarakat Keamanan ASEAN menekankan pada keamanan ASEAN dan pembentukan norma-norama politik bagi Negara-negara anggota ASEAN. Pada pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN menekankan pada pembentukan pasar tunggal dimana setiap warga Negara anggota ASEAN mempunyai kesempatan untuk bekerja atau membuka usaha di wilayah ASEAN mana pun. Pada Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN terbentuknya hubungan tolong-menolong antar anggota ASEAN, terutama dalam hal lingkungan hidup, penanganan bencana, kesehatan, IPTEK, tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan.
Komunitas
ASEAN tersebut akan ditandai dengan semakin besarnya tiga hal. Pertama,
interaksi bidang politik dan keamanan. Kedua, adanya pasar tunggal dan basis
produksi dengan aliran bebas barang, jasa, modal dan orang. Dan ketiga,
terwujudnya masyarakat yang lebih peduli dan berbagi, yang menitikberatkan pada
pembangunan social, pendidikan dan pengembangan SDM, kesehatan masyarakat,
kebidayan dan informasi, dan perlindungan.
B. SARAN
Dalam pemerintah Indonesia di
sarankan agar pemerintah menggunakan strategi industrialisasi dalam hal export
promotion. Dengan membuka seluas – luasnya ekspor Indonesia terhadap negara
lain khususnya negara ASEAN. Dengan ditunjang kualitas barang ekspor yang
tinggi maka Indonesia dapat unggal dari negara lain dalam bidang barang –
barang ekspor. Semoga dengan adanya diskusi semacam ini bisa membuka mata kita
tentang apa itu AEC 2015 dan kita semakin siap untuk menghadapi AEC 2015. Dan
kelak akan dapat membantu Indonesia untuk menjadi negara yang unggul di ASEAN
dan dunia. Optimis pasti bisa.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani. “ Latar belakang Asean”.
07 November 2014. http://asagenerasiku.blogspot.com/2012/09/latar-belakang-berdirinya-asean.html 21:20
Handayani.”
Asean Community”. 07 November 2014. http://tegerbangun366.blogspot.com/2010/02/tiga-pilar-asean-community-komunitas.html
21:16
Handayani.”tantangan
dan peluang Asean”. 07 November 2014. http://hogaboawae.blogspot.com/2012/01/asean-community-2015.html
21;12
Challenges
for Member Countries & Businesses.2014.Achieving
ASEAN Economic Community 2015.Singapore: Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar